Jakarta, Pelita
Penyakit thalasemia atau kelainan pada sel darah merah akibat kelainan genetik, hingga kini belum ada obatnya. Bahkan pemeriksaan thalasemia sebelum melakukan pernikahan pun belum populer di Indonesia. Pengajar Hematologi dan Ongkologi, Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Puspita Amalia mengemukakan hal itu di Jakarta, kemarin.
Selain belum ada obatnya, pemerintah pun belum optimal dalam upaya penanggulangan pencegahan penyakit thalasemia. Penderita thalasemia di Indonesia akan terus meningkat. \"Rata-rata pertahun tumbuh sekitar 2.500 penderita baru,\" katanya.
Pusat Perawatan Thalasemia FKUI/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, merawat 1.300 pasien, dengan rata-rata pasien baru antara 70 hingga 80 pasien setiap tahun. Pada 2006, penderita baru yang dilayani sebanyak 93 orang. Usia mulai dari delapan bulan sampai 39 tahun, ujarnya.
Thalasemia merupakan penyakit kelainan genetik yang menyebabkan sel darah merah selalu pecah. Penderita biasanya hanya mampu bertahan hidup selama tujuh tahun dan ada sebagian yang mampu hidup hingga 15 tahun.
Hingga saat ini belum satupun metode di dunia yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Metode stem cell (rekayasa sel) yang dapat membebaskan penderita thalasemia dari kewajiban harus cuci darah pun belum seratus persen menyembuhkan. \"Biaya per tindakan stem cell di Singapura, bisa mencapai Rp1 miliar, ungkapnya.
Konsultan Paedriatic Hematology Oncology dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Sutaryo menjelaskan, penderita thalasemia harus terus mendapat transfusi darah agar dapat bertahan hidup.
Selain itu, penderita thalasemia harus disuntik dengan obat deferioksamin yang dimasukkan melalui permukaan kulit melalui pompa khusus. Cara ini dilakukan guna mengeluarkan zat besi yang tertimbun di jantung dan hati.
Zat besi dibiarkan menumpuk dalam tubuh yang dapat merusak jantung, hati dan organ tubuh lainya tersebut hanya bisa dikeluarkan dengan metode suntik. Penyuntikan tersebut harus dilakukan lima kali dalam seminggu dan sekali penyuntikan memerlukan waktu hingga delapan jam.
Diperkirakan, selama satu tahun dibutuhkan dana perawatan sebesar Rp300juta per orang. Bagi masyarakat miskin saat ini ditanggung pemerintah dengan Askesin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin).
Tes sebelum menikah
Menurut Puspita upaya pencegahan dilakukan pasangan yang akan menikah dengan memeriksakan kesehatannya, terutama untuk mengetahui ada keturunan thalasemia atau tidak. Sebab pasangan thalasemia dapat menurunkan gen thalasemia.
Maka sebaiknya pemerintah menerapkan aturan tes melalui laboratorium sebelum menikah atau pre-merital screening. Pertimbangan ini selain belum ada obatnya, biaya perawatannya pun sangat mahal.
Sesama pembawa gen thalasemia yang menikah kemungkinan besar menurunkan anak thalasemia 25 persen, dan kemungkinan menjadi pembawa gen thalasemia sebesar 50 persen, dan kemungkinan lahir sehat hanya 25 persen.
Di negara yang tingkat religiusnya tinggi seperti Yunani (Kristen ortodok), Iran, Malaysia (Muslim) telah memberlakukan aturan ini. Jika diketahui keduanya membawa gen thalasemia, disarankan untuk berpisah baik-baik, atau bila ingin tetap melanjutkan ke pelaminan, akan terus dipantau pemerintah dan terus diberi konseling.
Tindakan pencegahan lainya yang seharusnya dilakukan pemerintah dengan pemeriksaan kehamilan melalui air ketuban (pre-natal diagnosis) pada ibu hamil dengan masa kehamilan antara 10 minggu hingga 16 minggu.
Bila terbukti si bakal jabang bayi menderita thalasemia, dokter akan memberi pilihan pada pasangan, apakah si calon bayi akan diaborsi atau tidak, kata Puspita.(dew)pada akhirnya aku h
Penyakit thalasemia atau kelainan pada sel darah merah akibat kelainan genetik, hingga kini belum ada obatnya. Bahkan pemeriksaan thalasemia sebelum melakukan pernikahan pun belum populer di Indonesia. Pengajar Hematologi dan Ongkologi, Departemen Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Puspita Amalia mengemukakan hal itu di Jakarta, kemarin.
Selain belum ada obatnya, pemerintah pun belum optimal dalam upaya penanggulangan pencegahan penyakit thalasemia. Penderita thalasemia di Indonesia akan terus meningkat. \"Rata-rata pertahun tumbuh sekitar 2.500 penderita baru,\" katanya.
Pusat Perawatan Thalasemia FKUI/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, merawat 1.300 pasien, dengan rata-rata pasien baru antara 70 hingga 80 pasien setiap tahun. Pada 2006, penderita baru yang dilayani sebanyak 93 orang. Usia mulai dari delapan bulan sampai 39 tahun, ujarnya.
Thalasemia merupakan penyakit kelainan genetik yang menyebabkan sel darah merah selalu pecah. Penderita biasanya hanya mampu bertahan hidup selama tujuh tahun dan ada sebagian yang mampu hidup hingga 15 tahun.
Hingga saat ini belum satupun metode di dunia yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Metode stem cell (rekayasa sel) yang dapat membebaskan penderita thalasemia dari kewajiban harus cuci darah pun belum seratus persen menyembuhkan. \"Biaya per tindakan stem cell di Singapura, bisa mencapai Rp1 miliar, ungkapnya.
Konsultan Paedriatic Hematology Oncology dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Sutaryo menjelaskan, penderita thalasemia harus terus mendapat transfusi darah agar dapat bertahan hidup.
Selain itu, penderita thalasemia harus disuntik dengan obat deferioksamin yang dimasukkan melalui permukaan kulit melalui pompa khusus. Cara ini dilakukan guna mengeluarkan zat besi yang tertimbun di jantung dan hati.
Zat besi dibiarkan menumpuk dalam tubuh yang dapat merusak jantung, hati dan organ tubuh lainya tersebut hanya bisa dikeluarkan dengan metode suntik. Penyuntikan tersebut harus dilakukan lima kali dalam seminggu dan sekali penyuntikan memerlukan waktu hingga delapan jam.
Diperkirakan, selama satu tahun dibutuhkan dana perawatan sebesar Rp300juta per orang. Bagi masyarakat miskin saat ini ditanggung pemerintah dengan Askesin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin).
Tes sebelum menikah
Menurut Puspita upaya pencegahan dilakukan pasangan yang akan menikah dengan memeriksakan kesehatannya, terutama untuk mengetahui ada keturunan thalasemia atau tidak. Sebab pasangan thalasemia dapat menurunkan gen thalasemia.
Maka sebaiknya pemerintah menerapkan aturan tes melalui laboratorium sebelum menikah atau pre-merital screening. Pertimbangan ini selain belum ada obatnya, biaya perawatannya pun sangat mahal.
Sesama pembawa gen thalasemia yang menikah kemungkinan besar menurunkan anak thalasemia 25 persen, dan kemungkinan menjadi pembawa gen thalasemia sebesar 50 persen, dan kemungkinan lahir sehat hanya 25 persen.
Di negara yang tingkat religiusnya tinggi seperti Yunani (Kristen ortodok), Iran, Malaysia (Muslim) telah memberlakukan aturan ini. Jika diketahui keduanya membawa gen thalasemia, disarankan untuk berpisah baik-baik, atau bila ingin tetap melanjutkan ke pelaminan, akan terus dipantau pemerintah dan terus diberi konseling.
Tindakan pencegahan lainya yang seharusnya dilakukan pemerintah dengan pemeriksaan kehamilan melalui air ketuban (pre-natal diagnosis) pada ibu hamil dengan masa kehamilan antara 10 minggu hingga 16 minggu.
Bila terbukti si bakal jabang bayi menderita thalasemia, dokter akan memberi pilihan pada pasangan, apakah si calon bayi akan diaborsi atau tidak, kata Puspita.(dew)pada akhirnya aku h
Bagaimana
Mencegah Penyakit Thalasemia
|
Senin, 07
Mei 2007
|
Pada
Keturunan Kita
Thalasemia adalah penyakit keturunan dengan gejala utama pucat, perut tampak membesar karena pembengkakan limpa dan hati apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit menjadi menghitam. Penyebab penyakit ini adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin berkurang. Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta. Setiap sifat dan fungsi fisik pada tubuh kita dikontrol oleh gen, yang bekerja sejak masa embrio. Gen terdapat di dalam setiap sel tubuh kita. Setiap gen selalu berpasangan. Satu belah gen berasal dari ibu, dan yang lainnya dari ayah. Di antara banyak gen dalam tubuh kita, terdapat sepasang gen yang mengontrol pembentukan hemoglobin pada setiap sel darah merah. Gen tersebut dinamakan gen globin. Gen-gen tersebut terdapat di dalam kromosom. Cara Terjadinya Penyakit Thalasemia Penyakit thalasemia disebabkan oleh adanya kelainan/perubahan/mutasi pada gen globin alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang atau tidak ada. Akibatnya produksi Hb berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Bila kelainan pada gen globin alpha maka penyakitnya disebut thalasemia alpha, sedangkan kelainan pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit thalasemia beta. Karena di Indonesia thalasemia beta lebih sering didapat maka selanjutnya kami hanya akan menjelaskan mengenai thalasemia beta. Cara Penurunannya Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalasemia-beta. Seorang pembawa sifat thalasemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalasemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalasemia (homosigot/mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalasemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalasemia, maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalasemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalasemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalasemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya. Skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat thalasemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalasemia beta, dan 25% thalasemia beta mayor (anemia berat). Gejala Pucat Warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat di dalam darah merah. Hemoglobin terdiri atas zat besi dan protein yang dibentuk oleh rantai globin alfa dan rantai globin beta. Pada penderita thalasemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada atau berkurang. Sehingga hemoglobin yang dibentuk berkurang. Selain itu berkurangnya produksi rantai globin beta mengakibatkan rantai globin alfa relatif berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda yang menyebabkan sel darah merah mudah rusak. Berkurangnya produksi hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi pucat atau anemia atau kadar Hb-nya rendah. Limpa berfungsi membersihkan sel darah yang sudah rusak. Selain itu, limpa juga berfungsi membentuk sel darah pada masa janin. Pada penderita thalasemia, sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga kerja limpa sangat berat. Akibatnya limpa menjadi membengkak. Selain itu tugas limpa lebih diperberat untuk memproduksi sel darah merah lebih banyak. Selain itu juga menyebabkan perubahan tulang muka. Sumsum tulang pipih adalah tempat memproduksi sel darah. Tulang muka adalah salah satu tulang pipih, Pada thalasemia karena tubuh selalu kekurangan darah, maka pabrik sel darah dalam hal ini sumsum tulang pipih25% normal, 50% pembawa sifat thalasemia beta, dan 25% thalasemia beta mayor (anemia berat).Akan berusaha memproduksi sel darah merah sebanyak-banyaknya. Karena pekerjaannya yang meningkat maka sumsum tulang ini akan membesar, pada tulang muka pembesaran ini dapat dilihat dengan jelas dengan adanya penonjolan dahi, jarak antara kedua mata menjadi jauh, tulang pipi menonjol. Pengobatan Thalasemia Sampai saat ini belum ada obat yang menyembuhkan penyakit thalasemia secara total. Pengobatan yang paling optimal adalah transfusi darah seumur hidup dan mempertahankan kadar Hb selalu sama atau di atas 12 g/dl dan mengatasi akibat samping transfusi darah. Efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit yang ditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang ditransfusikan selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan normal manusia akan zat besi hanya 1-2 mg perhari. Pada penderita yang sudah sering mendapatkan transfusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di jaringan-jaringan tubuh seperti hati, jantung, paru, otak, kulit dll. Penumpukan zat besi ini akan mengganggu fungsi organ tubuh tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan fungsi jantung atau hati. Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama dagangnya Desferal) secara teratur dan terus menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat besi. Obat kelasi besi (Desferal) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui jarum kecil ke bawah kulit (subkutan) dan obatnya dipompakan secara perlahan-lahan oleh alat yang disebut "syringe driver". Pemakaian alat ini diperlukan karena kerja obat ini hanya efektif bila diberikan secara perlahan-lahan selama kurang lebih 10 jam per hari. Idealnya obat ini diberikan lima hari dalam seminggu seumur hidup. (sumber: eijkman.go.id) Bagaimana mengatasi kelebihan zat besi? |
33. thalasemia, penyakit apakah itu? ( 2006-06-12 05:42:32 )
hesti06@hotmail.com
Pertanyaan :
dokter yth.
saya mempunyai famili, seorang bocah 7 thn. sejak berbulan-bulan, mertasa lemes, pucat. sudah berobat ke dokter, hsl. pemeriksaan darah, hb: 9 g%, dikatakan dokternya ia menderita anemia dgn kemungkinan menderita thalasemia.
1. penyakit apakah thalasemia itu?
2. bagaimana gejalanya?
3. apa yang menyebabkan timbulnya penyait ini?
terima kasih atas penjelasan dokter.
Jawaban :
6/12/2006 7:52:58 AM
Sdri. H. di tempat,
Thalasemia adalah suatu penyakit darah yang mempunyai riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama yang memberikan gejala Anemia ( kadar Hb darah lebih rendah dari pada normal ). Pada penyakit ini terdapat pengurangan pembentukan rantai Globin ( sejenis Protein ) Alfa atau Beta. Globin setelah mengikat Hem ( besi ) disebt Hemoglobin ( Hb ) yang terdapat di dalam sel-sel darah merah ( Erythrocyt ). Globin yang rendah menyebabkan kadar Hb juga rendah ( Anemi ).
Thalasemia mempunyai gejala:
Anemi yang bersifat Hipokrom ( warna sel darah merah lebih muda dari pada sel yang normal ) dan Mikrositer ( bentuk sel-sel darah merah yang lebih kecil ukurannya dari pada sel-sel yang normal ). Selain Anemia juga terdapat pembesaran Limpa sipenderita. Pasien tampak pucat, mudah lelah, aktifitas menurun. Umur sel-sel darah merah pada orang normal 3 bulan. Pada penderita Thalasemia enurun menjadi 1-2 bulan sehingga kadar Hb menurun dan perlu mendapat transfusi darah. Seringnya mendapat Transfusi menyebabkan penumpukan zat Besi di dalam tubuh ( Hemosiderosis ) yang dapat menyebabkan gagal jantung, Cirrhosis hepatis pada Hati dan Gangguan kelenjar Endokrin di dalam tubuh. Hemosiderosis akan terjadi setelah penderita menerima 100 unit transfusi darah.
Penderita Thalasemiua mempunyai penyakit ini karena diturunkan dari ke 2 orang tuanya yang memiliki pembawa sifat Thalasemia. Thalasemia dibagi 2 yaitu: Thalasemia Minor ( ringan ) dan Thalasemia mayor ( berat ). Thalasmeia minor tidak memerlukan pengobatan khusus, sedangkan Thalasemia mayor memerlukan transfusi seumur hidup.
Pada pemeriksaan laboratorium:
Orang sehat mempunyai Hb A ( adult, dewasa ): 97 – 99% dan Hb F ( fetal, janin ): kurang dari 1%.
Pada Beta Thalasemia ( mayor ) kadar Hb A: 0 – 10% dan Hb F: 90 – 96%. Tingginya kadar HbF ini tidak menguntungkan karena lebih cepat dihancurkan tubuh.
Pada Alfa Thalasemia ( minor ) kadar Hb A: 80 –95% dan Hb F: 1 – 5%, jadi kadar Hb A nya masih cukup tinggi dan tidak menyebabkan keadaan Anemia.
Gambaran darah tepi: terlihat sel-sel darah merah yang Hipokrom dan Mikrositer.
Orang dengan Thalasemia minor memiliki pembawa sifat Thalasemia. Bila ia menikah dengan pasangan yang juga mempunyai pembawa sifat Thalasemia, maka anak-anaknya akan menderita Thalasemia. Bila menikah dengan pasangan yang tidak memiliki pembawa sifat Thalasemia, maka anak-anaknya tidak menderita Thalasemia, hanya memiliki pembawa sifat Thalasemia.
Demikian informasi yang dapat saya berikan, semoga dapat bermanfaat bagi anda sekeluarga.
hesti06@hotmail.com
Pertanyaan :
dokter yth.
saya mempunyai famili, seorang bocah 7 thn. sejak berbulan-bulan, mertasa lemes, pucat. sudah berobat ke dokter, hsl. pemeriksaan darah, hb: 9 g%, dikatakan dokternya ia menderita anemia dgn kemungkinan menderita thalasemia.
1. penyakit apakah thalasemia itu?
2. bagaimana gejalanya?
3. apa yang menyebabkan timbulnya penyait ini?
terima kasih atas penjelasan dokter.
Jawaban :
6/12/2006 7:52:58 AM
Sdri. H. di tempat,
Thalasemia adalah suatu penyakit darah yang mempunyai riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama yang memberikan gejala Anemia ( kadar Hb darah lebih rendah dari pada normal ). Pada penyakit ini terdapat pengurangan pembentukan rantai Globin ( sejenis Protein ) Alfa atau Beta. Globin setelah mengikat Hem ( besi ) disebt Hemoglobin ( Hb ) yang terdapat di dalam sel-sel darah merah ( Erythrocyt ). Globin yang rendah menyebabkan kadar Hb juga rendah ( Anemi ).
Thalasemia mempunyai gejala:
Anemi yang bersifat Hipokrom ( warna sel darah merah lebih muda dari pada sel yang normal ) dan Mikrositer ( bentuk sel-sel darah merah yang lebih kecil ukurannya dari pada sel-sel yang normal ). Selain Anemia juga terdapat pembesaran Limpa sipenderita. Pasien tampak pucat, mudah lelah, aktifitas menurun. Umur sel-sel darah merah pada orang normal 3 bulan. Pada penderita Thalasemia enurun menjadi 1-2 bulan sehingga kadar Hb menurun dan perlu mendapat transfusi darah. Seringnya mendapat Transfusi menyebabkan penumpukan zat Besi di dalam tubuh ( Hemosiderosis ) yang dapat menyebabkan gagal jantung, Cirrhosis hepatis pada Hati dan Gangguan kelenjar Endokrin di dalam tubuh. Hemosiderosis akan terjadi setelah penderita menerima 100 unit transfusi darah.
Penderita Thalasemiua mempunyai penyakit ini karena diturunkan dari ke 2 orang tuanya yang memiliki pembawa sifat Thalasemia. Thalasemia dibagi 2 yaitu: Thalasemia Minor ( ringan ) dan Thalasemia mayor ( berat ). Thalasmeia minor tidak memerlukan pengobatan khusus, sedangkan Thalasemia mayor memerlukan transfusi seumur hidup.
Pada pemeriksaan laboratorium:
Orang sehat mempunyai Hb A ( adult, dewasa ): 97 – 99% dan Hb F ( fetal, janin ): kurang dari 1%.
Pada Beta Thalasemia ( mayor ) kadar Hb A: 0 – 10% dan Hb F: 90 – 96%. Tingginya kadar HbF ini tidak menguntungkan karena lebih cepat dihancurkan tubuh.
Pada Alfa Thalasemia ( minor ) kadar Hb A: 80 –95% dan Hb F: 1 – 5%, jadi kadar Hb A nya masih cukup tinggi dan tidak menyebabkan keadaan Anemia.
Gambaran darah tepi: terlihat sel-sel darah merah yang Hipokrom dan Mikrositer.
Orang dengan Thalasemia minor memiliki pembawa sifat Thalasemia. Bila ia menikah dengan pasangan yang juga mempunyai pembawa sifat Thalasemia, maka anak-anaknya akan menderita Thalasemia. Bila menikah dengan pasangan yang tidak memiliki pembawa sifat Thalasemia, maka anak-anaknya tidak menderita Thalasemia, hanya memiliki pembawa sifat Thalasemia.
Demikian informasi yang dapat saya berikan, semoga dapat bermanfaat bagi anda sekeluarga.
Banyak Penderita Thalasemia
Meninggal karena Gagal Jantung
Meninggal karena Gagal Jantung
Sabtu, 21 April 2007
Banyak penderita thalasemia meninggal dunia karena komplikasi akibat penimbunan zat besi pada organ jantung. Sekalipun penimbunan zat besi akibat transfusi darah terjadi di berbagai organ, dan terbesar di hati, namun karena jantung mempunyai daya kompensasi yang kurang dibanding organ lain, maka banyak penderita thalasemia meninggal karena komplikasi jantung.
Banyak penderita thalasemia meninggal dunia karena komplikasi akibat penimbunan zat besi pada organ jantung. Sekalipun penimbunan zat besi akibat transfusi darah terjadi di berbagai organ, dan terbesar di hati, namun karena jantung mempunyai daya kompensasi yang kurang dibanding organ lain, maka banyak penderita thalasemia meninggal karena komplikasi jantung.
Menurut
Dr Vasili Berdoukas dalam simposium thalasemia di Jakarta, Sabtu (14/4),
Thalasemia merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik. Thalasemia
terjadi karena darah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin sehingga
tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang normal.
Ia
mengungkapkan, hemoglobin memiliki empat molekul zat besi yang terdiri dari dua
molekul rantai globin alpha dan dua molekul rantai globin beta.
Menurut
Dr Vasili, penderita thalasemia pada umumnya mengalami penumpukan zat besi pada
organ tubuhnya. Penumpukan zat besi itu karena sel darah merah yang rusak itu
meninggalkan zat besi dalam tubuh. Dalam kondisi normal, ujarnya, zat besi ini
dapat dimanfaatkan untuk membentuk sel darah merah baru yang diproduksi oleh
tubuh. Akan tetapi, karena tubuh memperoleh suplai darah merah dari transfusi
darah, maka terjadi penumpukan zat besi di hampir seluruh organ tubuh.
Zat
besi dalam tubuh sangat berbahaya bila tidak dikeluarkan karena dapat merusak
jantung, hati, dan organ tubuh lainnya sehingga berdampak pada kematian.
"Penderita
thalasemia tidak bisa memproduksi rantai globin sehingga tidak bisa memproduksi
hemoglobin dan sel darah merah mudah rusak," katanya.
Selama
ini, menurut Vasili, zat besi yang tertimbun dalam tubuh hanya bisa dikeluarkan
dengan penyuntikkan obat desferal di bawah kulit melalui pompa khusus. Proses
ini, menurut dia, memerlukan waktu 5-7 hari setiap minggu. Desferal yang
disuntikkan di bawah kulit ini akan mengikat zat besi dan dikeluarkan melalui
urine (air kencing).
Menurut
Vasili, saat ini telah ditemukan tablet yang dapat menggantikan proses
pembuangan zat besi berlebih dalam tubuh. Oleh karena itu, katanya, penderita
tidak perlu melakukan penyuntikan desferal.
Menurut
Leo Roach, Direktur Apo Pharma, perusahaan dalam Group Apotex, Canada, tablet
bernama Ferriprox ini dapat mengeluarkan zat besi terutama yang menumpuk di
jantung. Saat ini perusahaannya terus mengembangkan penemuannya itu agar dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita Thalasemia.
Vasili
menambahkan, sebagian besar penderita thalasemia meninggal karena penyakit
jantung. Oleh karena itu, katanya, obat yang dikeluarkan Apo Pharma ini dapat
mengurangi risiko gagal jantung karena penumpukan zat besi.
Deteksi
Dini
Menurut peneliti thalasemia
dari Thailand, Dr Suthat
Fucharoen, thalasemia merupakan penyakit bawaan yang pelan tetapi pasti telah
menjadi bagian dari hidup orang Indonesia.
Saat ini terdapat 3.000 orang penderita thalasemia yang dirawat dan tersebar di
Pulau Jawa. Sebanyak 1.300 orang di antaranya tinggal di Jakarta. Kemungkinan penyebaran adalah 3.000
penderita baru setiap tahun. Di Thailand setiap tahun ada penambahan 12 ribu
orang penderita thalasemia baru. Sebanyak lima
ribu orang membutuhkan pengobatan.
Ada beberapa ciri-ciri penting
yang mengharuskan seseorang memeriksakan dirinya pada tes thalasemia. Apabila
seorang anak mengalami pucat karena kekurangan darah atau terjadi pembengkakan
pada perut. Kebanyakan anak mengalami hambatan dalam pertumbuhan badan.
Penderita thalasemia, menurut
Dr Suthat Fucharoen, dapat dideteksi sejak bayi dalam kandungan. Kalau suami
atau isteri adalah carrier (pembawa sifat) thalasemia, kemungkinan 25 persen si
anak akan menderita thalasemia. "Satu-satunya
cara mendeteksi seseorang menderita thalasemia atau bukan adalah dengan tes
darah," katanya.
Akan
tetapi, menurut Suthat, gejala dini bagi penderita thalasemia dapat dilihat
bila seorang anak tampak pucat, pertumbuhan lebih lambat dibanding rata-rata
anak pada umumnya, dan terjadi pembengkakan pada perut akibat pembengkakan
limpa. "Gejala ini amat umum dan dapat terjadi di banyak penyakit. Oleh
karena itu, untuk memastikan apakah seseorang menderita kelainan darah atau
tidak, maka harus dilakukan pemeriksaan darah," ujarnya.
Ia
menambahkan, gejala thalasemia dapat dilihat pada anak usia 3 sampai 18 bulan.
Bila tidak mendapat perawatan serius, anak-anak dengan kelainan darah bawaan
hanya dapat hidup hingga delapan tahun saja. "Satu-satunya perawatan yang
dilakukan untuk penderita thalasemia major adalah dengan tranfusi darah secara
teratur seumur hidup," katanya.
Sekalipun
perlu mendapat perawatan rutin, Suthat mengatakan bahwa penderita thalasemia
bisa hidup normal bahkan dapat berkarier seperti halnya orang yang tidak
menderita thalasemia. Ia menyebut, penderita thalasemia ada yang sudah menjadi
dokter, insinyur, atau profesi lainnya. "Mereka memiliki kemampuan
intelektual yang tidak berbeda dengan manusia normal," katanya.
menyambung pertanyaan saya tentang thalasemia, saya ingin
mengetahui lebih lanjut tentang:
apakah obatnya penyakit thalasemia itu?
penderita tahalasemia apakah dapat hidup sampai dewasa?
mengingat ortu yang tidak mampu, bagaimana selanjutnya terhadap pengobatan bocah berumur 7 tahun ini?
atas penjelasan dokter, saya sampaikan ucapan terima kasih.
Jawaban :
6/13/2006 5:54:00 AM
Sdri H. di tempat,
Bila kita menemukan seorang Balita berusia beberapa bulan yang tampak pucat, periksakan kepada Dokter, mungkin ia menderita Thalasemia.
Pengobatan Thalasemia:
Pada Thalaemia minor: tidak memerlukan pengobatan khusus.
Pada Thalasemia mayor ( Beta Thalasemia mayor ):
1.Perlu mendapat transfusi darah secara periodik dan teratur seumur hidupnya.
2.Dilakukan pengangkatan Limpa penderita, bila pembesaran Limpa merupakan penyebab kebutuhan transfusi darah yang meningkat.
3.Infus Desferal ( Deferoxamine ) secara rutin untuk mengikat zat besi untuk mencegah Hemosiderosis ( penumpukan zat besi di dalam tubuh ). Desferal ini dimasukkan ke dalam tubuh menggunakan Pompa infus Desferal. Saat ini sedang diteliti dan dikembangkan tablet Deferipone yang lebih mudah cara penggunaannya dan diharapkan harganya lebih murah.
4.Pengobatan pilihan bagi Beta Thalasemia mayor adalah Transplantasi Sumsum Tulang. Penderita dapat menikmati hidup panjang pada 80% kasus.
Biaya pengobatan yang mahal bagi kebanyakan orang merupakan suatu kesulitan bagi pengobatan penyakit ini.
Orang tua penderita dapat menghubungi: Pusat Thalasemia di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta ( Ketua: Prof. Dr. Iskandar Wahidiyat Sp.A (K) yang menangani penderita Tahlasemia bagi keluarga miskin ( Kartu Gakin ) untuk mendapatkan Transfusi darah dan infus Desferal.
Selain itu keluarga penderita Tahalasemia dapat menghubungi: Yayasan Thalasemia Indonesia di Jakarta ( Ketua harian: Bapak Ruswandi ).
Semoga jawaban ini dapat berguna bagi penderita dan keluarga penderita Thalasemia.
apakah obatnya penyakit thalasemia itu?
penderita tahalasemia apakah dapat hidup sampai dewasa?
mengingat ortu yang tidak mampu, bagaimana selanjutnya terhadap pengobatan bocah berumur 7 tahun ini?
atas penjelasan dokter, saya sampaikan ucapan terima kasih.
Jawaban :
6/13/2006 5:54:00 AM
Sdri H. di tempat,
Bila kita menemukan seorang Balita berusia beberapa bulan yang tampak pucat, periksakan kepada Dokter, mungkin ia menderita Thalasemia.
Pengobatan Thalasemia:
Pada Thalaemia minor: tidak memerlukan pengobatan khusus.
Pada Thalasemia mayor ( Beta Thalasemia mayor ):
1.Perlu mendapat transfusi darah secara periodik dan teratur seumur hidupnya.
2.Dilakukan pengangkatan Limpa penderita, bila pembesaran Limpa merupakan penyebab kebutuhan transfusi darah yang meningkat.
3.Infus Desferal ( Deferoxamine ) secara rutin untuk mengikat zat besi untuk mencegah Hemosiderosis ( penumpukan zat besi di dalam tubuh ). Desferal ini dimasukkan ke dalam tubuh menggunakan Pompa infus Desferal. Saat ini sedang diteliti dan dikembangkan tablet Deferipone yang lebih mudah cara penggunaannya dan diharapkan harganya lebih murah.
4.Pengobatan pilihan bagi Beta Thalasemia mayor adalah Transplantasi Sumsum Tulang. Penderita dapat menikmati hidup panjang pada 80% kasus.
Biaya pengobatan yang mahal bagi kebanyakan orang merupakan suatu kesulitan bagi pengobatan penyakit ini.
Orang tua penderita dapat menghubungi: Pusat Thalasemia di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta ( Ketua: Prof. Dr. Iskandar Wahidiyat Sp.A (K) yang menangani penderita Tahlasemia bagi keluarga miskin ( Kartu Gakin ) untuk mendapatkan Transfusi darah dan infus Desferal.
Selain itu keluarga penderita Tahalasemia dapat menghubungi: Yayasan Thalasemia Indonesia di Jakarta ( Ketua harian: Bapak Ruswandi ).
Semoga jawaban ini dapat berguna bagi penderita dan keluarga penderita Thalasemia.
Apakah Thalassemia itu ?
Thalassemia merupakan penyakit keturunan dimana sel darah merah mudah rusak sehingga penderita akan mengalami anemia. Penyebab Thalassemia adalah kelainan pada salah satu bagian gen hemoglobin.
Bagaimana penyakit ini diturunkan?
Contoh : Ibu dan ayah keduanya sehat tetapi membawa gen thalassemia, maka kemungkinan anaknya Thalassemia trait (pembawa sifat) 50 %, kemungkinan Thalassemia mayor dan Thalassemia minor masing-masing 25%.
Gejala Thalassemia (Visualisasi)
Sangat bervariasi, tergantung derajat kerusakan gen yang terjadi
Thalassemia merupakan penyakit keturunan dimana sel darah merah mudah rusak sehingga penderita akan mengalami anemia. Penyebab Thalassemia adalah kelainan pada salah satu bagian gen hemoglobin.
Bagaimana penyakit ini diturunkan?
Contoh : Ibu dan ayah keduanya sehat tetapi membawa gen thalassemia, maka kemungkinan anaknya Thalassemia trait (pembawa sifat) 50 %, kemungkinan Thalassemia mayor dan Thalassemia minor masing-masing 25%.
Gejala Thalassemia (Visualisasi)
Sangat bervariasi, tergantung derajat kerusakan gen yang terjadi
- Anemia (pucat, sukar tidur, lemas, tidak nafsu makan, infeksi berulang)
- Jantung mudah berdebar-debar karena bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hemoglobin dan lama kelamaan jantung menjadi lemah
- Tulang menjadi tipis dan rapuh karena sumsum tulang berusaha keras mengatasi kekurangan hemoglobin. Hal ini sering menyebabkan batang hidung penderita melesak ke dalam atau disebut facies cooley (yang menjadi tanda khas Thalasemia mayor)
Jenis-jenis
Thalasemia
Berdasarkan gejala klinis atau tingkat keparahannya
Berdasarkan gejala klinis atau tingkat keparahannya
- Thalasemia Mayor
Terjadi bila kedua orang tuanya membawa gen pembawa sifat Thalasemia. Gejala penyakit muncul sejak awal masa kanak-kanak dan biasanya penderita hanya bertahan hingga umur sekitar 2 tahun. Penderita memerlukan transfusi darah seumur hidupnya. - Thalasemia minor/trait
Gejala yang muncul pada penderita Thalasemia minor bersifat ringan, biasanya hanya sebagai pembawa sifat. Istilah Thalasemia trait digunakan untuk orang “sehat” namun dapat mewariskan gen Thalasemia pada anak-anaknya - Thalasemia intermedia
Merupakan kondisi antara thalasemia mayor dan minor
Program Skrining Thalassemia
Siapa yang perlu skrining
Siapa yang perlu skrining
- Anak-anak dengan gejala thalassemia
- Pasangan usia subur
- Ibu hamil (Skrining Prenatal)
Panel Skrining Thalassemia
- Hematoilogi rutin
- Gambaran darah tepi
- Status Besi (Feritin, Serum Iron, TIBC)
- Analisis Hemoglobin (Hb)
- Analisis DNA (khusus untuk Skrining Prenatal)
Laboratorium Klinik Prodia menyediakan 2 metode pemeriksaan Analisis Hb yaitu Elektroforesis dan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). HPLC merupakan metode pemeriksaan paling baru yang memiliki banyak keungguln dan memberikan informasi yang bersifat kuantitatif.
MAAF warna tulisannya bkin pusing :)
BalasHapusMba, maaf ya sedikit koreksi, namanya bukan Puspita Amalia, tapi Pustika Amalia. Maaf bila kurang berkenan.
BalasHapusAss.dokter
BalasHapusSya dn suami prnah pny anak pnderita talasemia b mayor.mninggal d usia 2th.sy dan suami ingin program khamilan.
1.Pa yg harus kami lakukan lbih dini
2.K dokter siapa dn d klinik mana
3.Membutuhkan biaya maksimal berapa
Terima ksih ats jwb dokter smoga dpt membantu kmi.
Apa thalasemia mayor bisa muncul saat usia dewasa
BalasHapusCoba konsultasi kan pengobatan yg tepat oleh bpk yusuf yg sudah banyak membantu memberi solusi ke sembuhan penyakit ini...no hp beliau 0853-6167-5232 semoga br manfaat.
BalasHapusAku barusan bikin artikel juga di blogku tentang thalassemia. Ternyata banyak sekali teman-teman yang mengidap thalassemia ya.. Semoga kita senantiasa sehat walaupun membawa gen ini.
BalasHapus