Sabtu, 17 Desember 2011

matakuliah virologi ibu eem poltekkes kemenkes bandung


PEMBIAKAN VIRUS
Pada tahun-tahun awal penelitian virus, menggunakan binatang atau hewan percobaan harus dilakukan untuk dapat mengenal virus dan hasil-hasil yang kuantitatif serta cepat, sering sulit diperoleh. Misalnya penelitian poliomyelitis terbatas hanya  dilakukan melalui inokulasi monyet atau kera. Pada saat ini, banyak virus telah dapat dibiakan dalam biakan jaringan atau dalam telur berembrio dengan keadaan lingkungan yang dapat dikendalikan secara ketat. Walaupun demikian pertumbuhan virus pada hewan percobaan masih tetap digunakan untuk isolasi primer virus tertentu dan untuk penelitian patogenesis virus dan onkogenesis virus.
Jadi ada 3 jenis biakan untuk virus, yaitu :
1.      Hewan prcobaan
2.      Telur embrio
3.      Biakan jaringan

  1. Hewan percobaan
Jenis hewan percobaan, umur, jenis kelamin serta cara penyuntikannya berbeda-beda tergantung dari jenis virus.
Contoh :
  1.     Virus polio
Hewan yang digunakan adalah kera.
Cara penyuntikannya adalah sebagai berikut :
a.       Secara intra cerebra( ke dalam otak )
b.      Secara intra spinal ( ke dalam sumsum tulang belakang )
c.       Secara intra nasal ( ditetskan ke dalam hidung )
d.      Secara intra musculair ( disuntikan ke dalam otot paha )
Dalam waktu 2 minggu setelah penyuntikan, maka kera akan lumpuh, ini membuktikan bahwa tinja penderita mengandung virus polio.
2.Virus rabies
Dapat digunakan tikus putih dewasaa yang disuntik secara intra cerebral. Pada waktu 1 sampai 2 minggu, tikus putih tersebut akan sakit, bulunya rontok dan kemudian mati.
3.Virus Dengue ( penyebab demam berdarah )
Digunakan hewan percobaan bayi tikus yang berumur 1- 3 hari, suntikan secara intra cerebral, dan subkutan darah yang akan diperiksa. Setelah 7-10 hari akan mengalami kejang-kejang atau lemas dan kemudian mati,maka darah tadi mengandung virus dengue.
4.VirusQ Fever
    Hewan percobaan yang digunakan adalah marmot jantan disuntikan secara intra peritoneal dengan spuntum,darah, atau urin. Setelah 1-2 minggu, periksa scrotumnya ( kantung kelamin ). Bila bahan pemeriksaan tersebut mengandung virus Q Fever, makam scrotum marmot akan membengkak  dan merah, serta di dalamnya akan penuh cairan yang mengandung virus penyebab Q fever tersebut.

  1. Telur berembrio
Telur berembrio yang biasa digunakan adalah telur ayam negeri, telur ayam kampung, atau telur bebek. Umur dari telur, cara penyuntikan, suhu pengeraman dan lamanya pengeraman tergantung dari jenis virus yang akan disuntikan.
Embrio berada dalam kantung amnion yang berisi cairan amnion yang berwarna putih jernih. Jika akan digunakan telur untuk percobaan, maka telur tersebut tidak boleh dicuci, sebab pada bagian luar telur ada semacam zat sepertim lilin  yang berfungsi melindungi telur agar kuman tidak dapat  masuk ke dalam telur.
Sebelum digunakan telur tersebut dimasukkan ke dalam alat pengeram atau incubator, letaknya tiap hari harus diubah supaya tidak terjadi perlekatan selaput-selaput bagian dalam telur dengan embrionya (  supaya embrio tersebut tetep ditengah-tengah ).
Beberapa contoh penggunaan telur berembrio untuk biakan virus.
1.      Virus Variola
                       Digunakan telur berembrio berumur 10-13 hari disuntikan dengan meneteskan bahan pemeriksaan pada CAM (Chorio Allantois Membrane ). Telur kemudian yang dieramkan pada suhu 35-36° C  selama 24 jam, kemudian dilihat ada tidaknya pocks pada CAM.
2.      Virus Influenza
                       Digunakan telur berembrio berumur 10-14 hari disuntik secara intra amnion. Eramkan pada suhu 37°C selama 2 atau 3 hari tergantung dari jenis virus influenza, kemudian telur dibongkar dan cairan amnion yang penuh dengan virus diambil.
3.      Virus Herves Simplex
                       Digunakan telur berembrio berumur 12 hari.
Disuntikan dengan meneteskan bahan pemeriksaan pada CAM setelah dieramkan terlihat pocks pada CAM. Untuk virus Herves Simplex ini, bisa digunakan pula telur berembrio berumur 7 hqri yqng disuntik intra yolk sac,maka embrio ayam akan mati.
4.      Virus penyebab Q Fever
Digunakan telur berembrio berumur 5-7 hari. Disuntik secara intra yolk sac, kemudian dieramkan pada suhu 36-37°C  selama 5-7 hari. Yolk sac akan penuh dengan virus penyebab Q Fever.
Bebertapa kemugkinan bila virus ditanam atau diduntikan pada telur berembrio :
a.       Embrio ayam akan mati
      Misalnya : Virus Javanes B Encephalitis yang disuntikan secara intra yolk sac.
b.      Akan tumbuh pocks atau plaques.
Pock adalah bintik-bintik putih berbentuk bundar dan menonjol pada permukaan CAM. Plaques adalah bintik-bintik putih tapi tidak menonjol dari permukaan CAM.
Virus-virus yang dapat membetuk pock adalah :
§  Virus Variola
§  Virus Vaccinia
§  Virus Cowpox
§  Virus Foo Pox
§  Virus B Encephalitis
           Sedangkan virus yang dapat membentuk plaques adalah virus Herves Simplex
c.       Pembentukan antigen
Antigen yang terbentuk ada dua macam, yaitu antigen hemaglutinin dan antigen ikatan komplemen. Misalnya : Virus yang membentuk antigen tersebut adalah virus Influenza dan virus mumps.
d.      Daya infeksi virus terhadap hewan atau manusia berubah menjadi virulen atau kurang virulen. Misalnya virus influenza yang disuntikan secara intra amnion masih dapat menyebabkan sakit pada manusia, tapi tidak pada tikus. Lalu bisa dilakukan passage lanjutan pada intra allantois, maka virus menjadi kurang virulen pada manusia dan menjadi lebih virulen pada tikus ( tikus bisa sakit,bahkan sampai mati ).
            1.     Cara penetesan dan penyuntikan pada CAM
Ambil telur berembrio, lalu periksa dikamar gelap. Lihat ruang udaranya lalu diberi tanda, kemudian lihat bagian yang gelap, ini adalah embrio, lihat pula pembuluh darah besar maupun kecil. Pilihlah tempat  yang tidak ada pembuluh darahnya, lalu beri tanda pula.
 Selanjutnya  di tempat yang telah ditandai tadi, dibersihkan dengan kapas dan         alcohol. Pada bagian ruang udara tusuklah dengan alat bor yang steril sampai menusuk selaput kulit telur. Jika ada pecahan kulit telur, bersihkan tapi jangan ditiup untuk menghindarkan komintaminasi.
             Pada tanda yang tidak ada pembuluh darahnya, ditusuk lagi tapi jangan sampai menusuk selaput kulit telur. Kemudian teteskan buffer steril dengan pengisap karet. Bila tetesan buffer terus masuk, ini menandakan CAM telur turun. Kemudian ambil pena steril, tusukkan tegak lurus kemudian miringkan diantara selaput lendir telur dan kulit telur. Jika ada perdarahan berati CAM tertusuk.
             Pada lubang ruang udara masukkan pengisap karet, isaplah semua udara yang ada sampai  habis, sehingga akan didapatkan ruang udara  buatan. Setelah diperiksa lagi dikamar gelap dan CAM telah berhasil diturunkan, lalu ambil virus yang akan diperiksa dengan spuit steril sebanyak 0,1-0,2 mL, lalu tusukkan pada lubang bagian CAM. Setelah Itu lubang-lubang ditutup dengan solatip. Telur harus selalu dala keadaan terbaring, lalu digoyangkan perlahan-lahan, kemudian dieramkan pada suhu 37°C selama 2-3 x 24 jam. Setelah itu baru diperiksa.








1 komentar: