PEMBIAKAN
VIRUS
Pada tahun-tahun awal penelitian virus, menggunakan
binatang atau hewan percobaan harus dilakukan untuk dapat mengenal virus dan
hasil-hasil yang kuantitatif serta cepat, sering sulit diperoleh. Misalnya
penelitian poliomyelitis terbatas hanya
dilakukan melalui inokulasi monyet atau kera. Pada saat ini, banyak
virus telah dapat dibiakan dalam biakan jaringan atau dalam telur berembrio
dengan keadaan lingkungan yang dapat dikendalikan secara ketat. Walaupun
demikian pertumbuhan virus pada hewan percobaan masih tetap digunakan untuk
isolasi primer virus tertentu dan untuk penelitian patogenesis virus dan
onkogenesis virus.
Jadi ada 3 jenis biakan untuk virus, yaitu
:
1.
Hewan prcobaan
2.
Telur embrio
3.
Biakan jaringan
- Hewan percobaan
Jenis hewan percobaan, umur, jenis kelamin serta
cara penyuntikannya berbeda-beda tergantung dari jenis virus.
Contoh :
1.
Virus polio
Hewan yang digunakan adalah kera.
Cara penyuntikannya adalah sebagai berikut :
a.
Secara intra cerebra( ke dalam otak )
b.
Secara intra spinal ( ke dalam sumsum tulang
belakang )
c.
Secara intra nasal ( ditetskan ke dalam hidung )
d.
Secara intra musculair ( disuntikan ke dalam
otot paha )
Dalam waktu 2 minggu setelah penyuntikan, maka kera akan
lumpuh, ini membuktikan bahwa tinja penderita mengandung virus polio.
2.Virus rabies
Dapat digunakan tikus putih dewasaa yang
disuntik secara intra cerebral. Pada waktu 1 sampai 2 minggu, tikus putih
tersebut akan sakit, bulunya rontok dan kemudian mati.
3.Virus Dengue ( penyebab demam berdarah )
Digunakan hewan percobaan bayi tikus yang berumur 1- 3 hari,
suntikan secara intra cerebral, dan subkutan darah yang akan diperiksa. Setelah
7-10 hari akan mengalami kejang-kejang atau lemas dan kemudian mati,maka darah
tadi mengandung virus dengue.
4.VirusQ Fever
Hewan percobaan
yang digunakan adalah marmot jantan disuntikan secara intra peritoneal dengan
spuntum,darah, atau urin. Setelah 1-2 minggu, periksa scrotumnya ( kantung
kelamin ). Bila bahan pemeriksaan tersebut mengandung virus Q Fever, makam
scrotum marmot akan membengkak dan
merah, serta di dalamnya akan penuh cairan yang mengandung virus penyebab Q
fever tersebut.
- Telur berembrio
Telur berembrio yang biasa digunakan adalah telur
ayam negeri, telur ayam kampung, atau telur bebek. Umur dari telur, cara
penyuntikan, suhu pengeraman dan lamanya pengeraman tergantung dari jenis virus
yang akan disuntikan.
Embrio
berada dalam kantung amnion yang berisi cairan amnion yang berwarna putih
jernih. Jika akan digunakan telur untuk percobaan, maka telur tersebut tidak
boleh dicuci, sebab pada bagian luar telur ada semacam zat sepertim lilin yang berfungsi melindungi telur agar kuman
tidak dapat masuk ke dalam telur.
Sebelum
digunakan telur tersebut dimasukkan ke dalam alat pengeram atau incubator,
letaknya tiap hari harus diubah supaya tidak terjadi perlekatan selaput-selaput
bagian dalam telur dengan embrionya (
supaya embrio tersebut tetep ditengah-tengah ).
Beberapa contoh penggunaan telur berembrio
untuk biakan virus.
1.
Virus Variola
Digunakan telur berembrio berumur 10-13 hari
disuntikan dengan meneteskan bahan pemeriksaan pada CAM (Chorio Allantois
Membrane ). Telur kemudian yang dieramkan pada suhu 35-36° C selama 24 jam, kemudian dilihat ada tidaknya
pocks pada CAM.
2.
Virus Influenza
Digunakan telur berembrio berumur 10-14 hari disuntik
secara intra amnion. Eramkan pada suhu 37°C selama 2 atau 3 hari tergantung
dari jenis virus influenza, kemudian telur dibongkar dan cairan amnion yang
penuh dengan virus diambil.
3.
Virus Herves Simplex
Digunakan telur berembrio berumur 12 hari.
Disuntikan dengan meneteskan
bahan pemeriksaan pada CAM setelah dieramkan terlihat pocks pada CAM. Untuk
virus Herves Simplex ini, bisa digunakan pula telur berembrio berumur 7 hqri
yqng disuntik intra yolk sac,maka embrio ayam akan mati.
4.
Virus penyebab Q Fever
Digunakan telur berembrio
berumur 5-7 hari. Disuntik secara intra yolk sac, kemudian dieramkan pada suhu
36-37°C selama 5-7 hari. Yolk sac akan
penuh dengan virus penyebab Q Fever.
Bebertapa kemugkinan bila
virus ditanam atau diduntikan pada telur berembrio :
a.
Embrio ayam akan mati
Misalnya : Virus Javanes B Encephalitis
yang disuntikan secara intra yolk sac.
b.
Akan tumbuh pocks atau plaques.
Pock adalah bintik-bintik
putih berbentuk bundar dan menonjol pada permukaan CAM. Plaques adalah
bintik-bintik putih tapi tidak menonjol dari permukaan CAM.
Virus-virus yang dapat
membetuk pock adalah :
§ Virus
Variola
§ Virus
Vaccinia
§ Virus
Cowpox
§ Virus
Foo Pox
§ Virus
B Encephalitis
Sedangkan virus yang dapat membentuk plaques adalah virus Herves Simplex
c.
Pembentukan antigen
Antigen yang terbentuk ada
dua macam, yaitu antigen hemaglutinin dan antigen ikatan komplemen. Misalnya :
Virus yang membentuk antigen tersebut adalah virus Influenza dan virus mumps.
d.
Daya infeksi virus terhadap hewan atau manusia
berubah menjadi virulen atau kurang virulen. Misalnya virus influenza yang
disuntikan secara intra amnion masih dapat menyebabkan sakit pada manusia, tapi
tidak pada tikus. Lalu bisa dilakukan passage lanjutan pada intra allantois,
maka virus menjadi kurang virulen pada manusia dan menjadi lebih virulen pada
tikus ( tikus bisa sakit,bahkan sampai mati ).
1. Cara
penetesan dan penyuntikan pada CAM
Ambil telur berembrio, lalu
periksa dikamar gelap. Lihat ruang udaranya lalu diberi tanda, kemudian lihat
bagian yang gelap, ini adalah embrio, lihat pula pembuluh darah besar maupun
kecil. Pilihlah tempat yang tidak ada
pembuluh darahnya, lalu beri tanda pula.
Selanjutnya
di tempat yang telah ditandai tadi, dibersihkan dengan kapas dan alcohol. Pada bagian ruang udara
tusuklah dengan alat bor yang steril sampai menusuk selaput kulit telur. Jika
ada pecahan kulit telur, bersihkan tapi jangan ditiup untuk menghindarkan komintaminasi.
Pada tanda yang tidak ada pembuluh darahnya, ditusuk
lagi tapi jangan sampai menusuk selaput kulit telur. Kemudian teteskan buffer
steril dengan pengisap karet. Bila tetesan buffer terus masuk, ini menandakan
CAM telur turun. Kemudian ambil pena steril, tusukkan tegak lurus kemudian
miringkan diantara selaput lendir telur dan kulit telur. Jika ada perdarahan
berati CAM tertusuk.
Pada lubang ruang udara masukkan pengisap karet, isaplah
semua udara yang ada sampai habis,
sehingga akan didapatkan ruang udara
buatan. Setelah diperiksa lagi dikamar gelap dan CAM telah berhasil
diturunkan, lalu ambil virus yang akan diperiksa dengan spuit steril sebanyak
0,1-0,2 mL, lalu tusukkan pada lubang bagian CAM. Setelah Itu lubang-lubang
ditutup dengan solatip. Telur harus selalu dala keadaan terbaring, lalu
digoyangkan perlahan-lahan, kemudian dieramkan pada suhu 37°C selama 2-3 x 24
jam. Setelah itu baru diperiksa.
analis juga ya??
BalasHapus