Sabtu, 17 Desember 2011

TEORI IMSER IBU NINA POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


SISTEM KOMPLEMEN

Sistem komplemen merupakan satu kumpulan dari berbagai  jenis protein yang terdapat dalam konsentrasi rendah di dalam serum yang secara kolektif merupakan salah satu mekanisme effektor dari respon immunologic non spesifik.

I.      Aktivasi Komplemen
Aktivasi komplemen dapat dirangsang oleh berbagai subtansi dan berlangsung melalui 2 jalur, yaitu:
1.          Jalur Klasik
a.    Jalur Klasik
Aktivasi jalur klasik umumnya terjadi oleh kompleks antigen-antibodi atau agregat immunoglobulin, baik yang larut maupun yang melekat pada permukaan sel. Imunoglobulin yang mampu mengakitivasi jalur klasik ini adalah IgG1, IgG2, dan IgG3 serta IgM.
Secara keseluruhan, reaksi sistim komplemen dapat dibagi dalam 3 tahap, dimana C3 memegang peran utama:
1.    Fase Pengenalan
Pada fase pengenalan ini terjadi interaksi antara komponen C1 dengan reseptor yang di dapatkan pada fraksi Fe dari antibody. Dalam keadaan bebas / tidak berikatan dengan antigen yang sesuai, reseptor pada Fe tidak dapat mengikat komplemen.
Segera setelah antibody berikatan dengan antigennya yang sesuai, maka fraksi Fe dari antibody tersebut dapat mengikat komponen komplemen C1. Komponen C1 terdiri dari 3 Subfraksi C1q, C1r, dan C1s, yang dipersatukan dan distabilisir oleh ion Kallium.

2.    Fase Pengaktifan (aktivasi)
C1s berikatan dengan C2 dan C4 membentuk C142. Ikatan kompleks ini bersifat aktif sebagai enzim yang mana Ce konvertase Enzi mini memecah C3 menjadi 2 sub unit :
*   Sub unit kecil C3a yang dilepaskan kedalam cairan tubuh.
*   Sub unit besar C3b yang bekerja sebagai enzim terhadap C5 + C6 + C7 sehingga dihasilkan satu kompleks trimolekul (567 yang aktif bekerja sebagai enzim).

3.    Fase Menyerang (factor effektor)  
C (567 yang bekerja sebagai enzim, mengaktifkan factor litik dari C8 dan C9 sehingga terjadilah lisis dari membrane sel.

Kompleks Ag – Ab                           membuat aktif jalur pintas
             
     C1        C1
             
C4 + C2                  C142           opsonin
                         C3                   C3b + C3a                 anafilatoksin dan
  
  C5 + C6 + C7               C567 + C5a                       kemotaksin







 
                                                                       Kemotaksin
                                 
C8 + C9           C89          perusakan membrane


2.          Jalur alternative atau jalur properdin.
b.    Jalur alternative / jalur pintas
Pada jalur pintas ini tidak terjadi reaksi komponen C1, C4 dan C2 tetapi langsung dimulai dengan reaksi C3. Jalur pintas ini tidak membutuhkan kehadiran reseptor pada fraksi Fe untuk memulai reaksi tahap pertama dari komplemen tetapi rangkaian reaksi tersebut sudah dapat dimuali apabila terjadi agregasi dari immunoglobulin atau fragmen F (ab) 2 dan berbagai jenis polisakarida seperti yang terdapat pada endotoksin.
Bahan-bahan dan keadaan tersebut diatas, dalam kehadiran ion magnesium merubah C3 pro activator menjadi C3 aktivator. Oleh C3 aktivator, C3 dipecah menjadi 2 sub unit :
*   Sub unit kecil : C3a
*   Sub unit besar : C3b
     Selanjutnya, rangkaian reaksi komplemen sama seperti pada jalur klasikal.


          Kompleks Ag – Ab                                Ig A, Ig G
                                                          endotoksin, inulin, dindiung sel ragi
                                                                                   










C3
Pro aktivator

 

C1qC1rC1s
 





 



                     


 


C3
 
C3 aktivator
 
                            
                          C1C4C2 = C3               











C3a
 

C5
C6
C7
 

 



                                                      
C3b
 
C8
C9
 
                                                                                                               Lisis

Kedua jalur bertemu pada pertengahan system komplemen, selanjutnya kedua jalur reaksi mulai dari aktivitas C5 hingga C9 sama.
Fase terakhir aktivasi komplemen juga dapat dirangsang oleh enzim nonkomplemen atau enzim selular tanpa didahului oleh aktivitas komponen komplemen sebelumnya, misalnya plasmin yang merupakan enzim fibrinolitik dapay mengaktifkan komplemen langsung pada C3 atau C5.

Mekanisme Kerja Sistem Komplemen
Komponen dari komplemen dapat mengikat fraksi Fe antibody yang sudah dalam keadaan terikat dengan antigennya yang sesuai membentuk kompleks antigen-antibodi. Tiga komponen sistim komplemen dalam hal ini berupa C1, C4, dan C3 didapatkan dalam keadaan inaktif, berupa pro enzim, yang setiap saat dapat dibuat aktif apabila terjadi reaksi pendahulu dari komponen komplemen lainnya, yang merupakan permulaan dari serangkaian reaksi.



II.   Sistem Pengendalian Komplemen
Di samping hambatan yang di lakukan oleh protein-S, reaksi komplemen secara berlebihan dapat dicegah karena pengikatan komponen satu dengan yang lain bersifat labil. Selain itu dalam serum terdapat berbagai jenis protein yang berfungsi sebagai inhibitor, misalnya C1 inhibitor (C1 esterase inhibitor) yang dapat menghambat C1 maupun plasmin, kalikrein, factor XII dan XI.
Protein penghambat yang lain adalah factor I yang dapat merusak C3b baik yang bebas maupun yang melekat pada permukaan sel sehingga tidak berfungsi. Selain itu factor H juga dapat menghambat dengan cara mengikat C3b dan membantu factor I sehingga pengrusakan C3b menjadi lebih efektif. C4-binding protein  mengikat C4b untuk selanjutnya mempermudah pengrusakan C4b oleh factor I. Di samping itu dalam serum juga dapat dijumpai enzim yang disebut inaktivator anafilatoksin yang dapat mengganggu aktivasi C3a, C4a, dan C5a dengan cara merombak arginin karboksi-terminal yang yerdapat pada molekul-molekul tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar