SISTEM
KOMPLEMEN
Sistem
komplemen merupakan satu kumpulan dari berbagai
jenis protein yang terdapat dalam konsentrasi rendah di dalam serum yang
secara kolektif merupakan salah satu mekanisme effektor dari respon immunologic
non spesifik.
I. Aktivasi Komplemen
Aktivasi
komplemen dapat dirangsang oleh berbagai subtansi dan berlangsung melalui 2
jalur, yaitu:
1.
Jalur
Klasik
a. Jalur Klasik
Aktivasi jalur
klasik umumnya terjadi oleh kompleks antigen-antibodi atau agregat
immunoglobulin, baik yang larut maupun yang melekat pada permukaan sel.
Imunoglobulin yang mampu mengakitivasi jalur klasik ini adalah IgG1, IgG2, dan
IgG3 serta IgM.
Secara
keseluruhan, reaksi sistim komplemen dapat dibagi dalam 3 tahap, dimana C3
memegang peran utama:
1. Fase
Pengenalan
Pada fase pengenalan
ini terjadi interaksi antara komponen C1 dengan reseptor yang di dapatkan pada
fraksi Fe dari antibody. Dalam keadaan bebas / tidak berikatan dengan antigen
yang sesuai, reseptor pada Fe tidak dapat mengikat komplemen.
Segera setelah
antibody berikatan dengan antigennya yang sesuai, maka fraksi Fe dari antibody
tersebut dapat mengikat komponen komplemen C1. Komponen C1 terdiri dari 3
Subfraksi C1q, C1r, dan C1s, yang dipersatukan dan distabilisir oleh ion
Kallium.
2. Fase
Pengaktifan (aktivasi)
C1s berikatan
dengan C2 dan C4 membentuk C142. Ikatan kompleks ini bersifat aktif sebagai
enzim yang mana Ce konvertase Enzi mini memecah C3 menjadi 2 sub unit :


3. Fase Menyerang
(factor effektor)
C (567 yang
bekerja sebagai enzim, mengaktifkan factor litik dari C8 dan C9 sehingga
terjadilah lisis dari membrane sel.

















![]() |
![]() |
||
Kemotaksin



2.
Jalur
alternative atau jalur properdin.
b. Jalur
alternative / jalur pintas
Pada jalur
pintas ini tidak terjadi reaksi komponen C1, C4 dan C2 tetapi langsung dimulai
dengan reaksi C3. Jalur pintas ini tidak membutuhkan kehadiran reseptor pada
fraksi Fe untuk memulai reaksi tahap pertama dari komplemen tetapi rangkaian
reaksi tersebut sudah dapat dimuali apabila terjadi agregasi dari immunoglobulin
atau fragmen F (ab) 2 dan berbagai jenis polisakarida seperti yang terdapat
pada endotoksin.
Bahan-bahan
dan keadaan tersebut diatas, dalam kehadiran ion magnesium merubah C3 pro
activator menjadi C3 aktivator. Oleh C3 aktivator, C3 dipecah menjadi 2 sub
unit :


Selanjutnya, rangkaian reaksi komplemen
sama seperti pada jalur klasikal.
Kompleks Ag – Ab Ig A, Ig G



|
||||||||
|
||||||||
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
|
|





![]() |
|||||||
|
|
||||||

|



|
Kedua jalur bertemu pada pertengahan
system komplemen, selanjutnya kedua jalur reaksi mulai dari aktivitas C5 hingga
C9 sama.
Fase terakhir
aktivasi komplemen juga dapat dirangsang oleh enzim nonkomplemen atau enzim
selular tanpa didahului oleh aktivitas komponen komplemen sebelumnya, misalnya
plasmin yang merupakan enzim fibrinolitik dapay mengaktifkan komplemen langsung
pada C3 atau C5.
Mekanisme Kerja Sistem Komplemen
Komponen dari
komplemen dapat mengikat fraksi Fe antibody yang sudah dalam keadaan terikat
dengan antigennya yang sesuai membentuk kompleks antigen-antibodi. Tiga
komponen sistim komplemen dalam hal ini berupa C1, C4, dan C3 didapatkan dalam
keadaan inaktif, berupa pro enzim, yang setiap saat dapat dibuat aktif apabila
terjadi reaksi pendahulu dari komponen komplemen lainnya, yang merupakan
permulaan dari serangkaian reaksi.
II. Sistem
Pengendalian Komplemen





Tidak ada komentar:
Posting Komentar